Kualitas Tes Potensi Akademik Versi 07A

Secara tradisional, tes psikologi dikelompokkan menjadi dua macam menurut tujuan ukurnya. Pertama adalah tes yang mengukur aspek kemampuan atau abilitas kognitif yang dalam istilah Cronbach disebut performansi maksimal, dan yang ke dua adalah tes yang mengukur aspek bukan kemampuan yang dalam istilah Cronbach disebut sebagai performansi tipikal (Cronbach, 1970).

Tes potensi merupakan salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi, karena itulah tes seperti ini biasanya dinamai Tes Potensi Akademik. Gagasan dasar dalam konstruksi Tes Potensi Akademik sedikit-banyak mengikuti konsep pengembangan graduate record examinations (GRE) yang terdiri atas seksi Verbal Reasoning (V), Quantitative Reasoning (Q), dan Analytical Writing (AW) (GRE-bulletin, 2008), dengan beberapa perubahan. Pada umumnya, Tes Potensi Akademik di Indonesia terdiri atas tiga subtes yaitu subtes Verbal, subtes Kuantitatif, dan subtes Penalaran.

Selengkapnya silakan unduh di sini.

Comments

13 responses to “Kualitas Tes Potensi Akademik Versi 07A”

  1. Yandi Satya Avatar
    Yandi Satya

    Semangat pagi Pak Azwar,

    Perkenalkan, saya Yandi, mahasiswa Bapak di Magister Profesi UGM.
    Sudah lama saya mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan pembuatan atau pengembangan alat ukur psikologi, karena sudah lama saya punya niat untuk membuat alat ukur tes abilitas kognitif, khususnya untuk proses recruitment di perusahaan. Karena alat tes psikologi di Indonesia sudah banyak yang bocor dan ahli2 psikologi Indonesia jarang melakukan pengembangan alat ukur.

    Saya mau bertanya nih Pak, bagaimana cara kita menetapkan batasan waktu untuk setiap subtest? teknis nya seperti apa Pak?
    Apakah itu sesuka hati pembuatnya saja.

    Saat ini saya sedang membuat alat tes inteligensi untuk dikantor, yang terdiri dari subtest: Verbal reasoning, Numerical reasoning, dan Abstract reasoning. Namun yang lupa saya tanyakan sewaktu kuliah dengan Bapak adalah bagaimana cara menetapkan batasan waktu untuk setiap sub test nya..

    Mohon petunjuk dari Bapak ya..
    Terima kasih sebelumnya ya Pak.

    Hormat saya,

    Yandi Satya

  2. pak SA Avatar
    pak SA

    Sdr. Yandi
    Ada beberapa pertimbangan mengenai penetapan waktu tes.
    Di antaranya adalah sifat tes itu sendiri apakah speed-test atau power-test. Pada power-test, diberikan waktu pengerjaan yang leluasa sehingga diperkirakan dalam jangka waktu tersebut subjek yang ‘mampu’ akan dapat menjawab dengan benar seluruh soal. Sebaliknya pada speed-test diberikan waktu yang sangat terbatas sehingga tidak seorangpun yang diharapkan akan menyelesaikan semua soal dalam waktu yg tersedia.
    Tujuan tes juga mempengaruhi cara penetapan waktu. Tes yang hasilnya digunakan untuk membandingkan posisi relatif subjek dalam kelompoknya (norm-referenced) berbeda penetapan waktunya dengan tes yang bertujuan membandingkan subjek dengan suatu kriteria pencapaian atau kriteria kompetensi (criterion-referenced).
    Pertimbangan lain adalah tipe soal. Soal-soal pilihan ganda pada umumnya diberikan waktu 1 menit untuk satu soal pada tes yang berisi 20-30 soal. Sampai 60 soal sudah harus diberikan 1,5 menit persoal, dan seterusnya. Soal T-F (True-False) dapat diberi waktu yang lebih singkat.
    Batas waktu dapat ditetapkan secara jugdmental berdasar pertimbangan tersebut. Namun bila menghendaki batasan dengan landasan empiris maka harus dihitung berdasar data dan dapat dijadikan standar waktu tes tersebut.
    Demikian sekedar jawaban singkat saya.
    SA

  3. Yandi Satya Avatar
    Yandi Satya

    Terima kasih Pak atas penjelasannya..

    Berdasarkan penjelasan Bapak tadi, tes yang akan saya buat bersifat speed test, dan tujuannya adalah membandingkan posisi relatif subyek dalam kelompok (norm-referenced). Tipe soalnya adalah pilihan berganda.
    Kalau demikian, penetapan waktunya seperti apa Pak? Apakah tetap secara judgemental..?
    Kalau secara empiris, bagaimana step-step yang harus saya lakukan Pak..?

    Oh ya Pak, pada speed test diberikan waktu yang sangat terbatas sehingga tidak seorangpun yang diharapkan akan menyelesaikan semua soal dalam waktu yg tersedia. Hal ini berarti ada aitem yang tidak bisa diselesaikan oleh semua responden dikarenakan waktu yang terbatas. Tentunya pada saat evaluasi dan analisa aitem dengan uji daya beda aitem, aitem tersebut akan dinilai kurang baik, karena tidak bisa membedakan orang yang “bisa” dan orang yang “tidak bisa”.

    Mohon masukannya lagi ya Pak..

    Best regards,

    Yandi Satya

  4. pak SA Avatar
    pak SA

    Sdr. Yandi.
    Bilamana ada kemungkinan untuk diujicobakan lebih dahulu (field test), data ujicoba digunakan untuk analisis aitem sekaligus estimasi waktu yang layak. Sewaktu ujicoba, berikan waktu yang cukup sehingga ada peluang untuk menyelesaikan seluruh soal bagi mayoritas responden. Setiap subjek yg selesai mengerjakan, diminta langsung menyerahkan lembar jawaban dan dicatat waktunya. Data ini akan menghasilkan statistik daya beda sekaligus patokan penetapan waktu yang akan diberlakukan dalam tes yang sebenarnya.
    Berdasar hasil ujicoba akan diperoleh estimasi waktu pengerjaan, yaitu lebih singkat daripada waktu tercepat yang digunakan oleh subjek yang mampu menyelesaikan soal seluruhnya dengan benar sewaktu ujicoba. Misalkan dengan k aitem dan waktu pengerjaan longgar seorang subjek mampu menyelesaikan seluruh soal dengan benar dalam waktu tercepat 45 menit maka dapat dibuat patokan waktu pengerjaan yg sesungguhnya adalah 40 atau 35 menit.
    Parameter daya diskriminasi dan taraf kesukaran aitem memang harus sudah dihitung sebelumnya, yaitu dari data field test sehingga aitem-aitem pun dapat diurutkan berdasar tingkat kesukarannya.

  5. Yandi Satya Avatar
    Yandi Satya

    Terima kasih banyak Pak..
    Saya tunggu launching buku Pak Azwar selanjutnya tentang pembuatan dan pengembangan alat ukur psikologi. Saya pikir, kurang berkembangnya alat ukur psikologi di Indonesia mungkin disebabkan karena hanya sedikit sekali orang yang paham dan mampu melakukannya.
    Masukan dari Bapak akan segera saya praktikkan..
    Terima kasih banyak ya Pak..

    Best regards,

    Yandi Satya.

  6. Kadek Suwandewi Avatar
    Kadek Suwandewi

    Perkenalkan nama saya kadek, saya tamatan jur BK di Bali, mau tanya pak. sesuai dengan penjelasan diatas.
    Tes potensi merupakan salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi, karena itulah tes seperti ini biasanya dinamai Tes Potensi Akademik. saya ingin menanyakan apakah boleh tes potensi akademik tersebut digunakan untuk penyaringan peserta didik dari SMP ke SMA/SMK? jika bisa apa nama buku yang menjelaskannya pak? mohon infonya. terimakasih

  7. pak SA Avatar
    pak SA

    Ibu Kadek;
    Tes Potensi dapat digunakan untuk seleksi calon siswa SMA/SMK asalkan memang dirancang khusus untuk itu sehingga tingkat kesukarannya pun disesuaikan. Kami sudah mendesain dan memiliki tes untuk mengungkap potensi akademik lulusan SMP dan telah digunakan dalam seleksi calon siswa di salah-satu SMA terkemuka di Yogya beberapa tahun terakhir ini.

  8. Kadek Suwandewi Avatar
    Kadek Suwandewi

    Terimakasi pak.
    Bagaimana cara memperoleh tes tersebut pak ?
    apakah bapak mengeluarkan tes tersebut sudah ada dalam bentuk buku pak?
    atau apabila saya ingin mendesain tes sperti itu, mohon info referensi yang bisa saya gunakan?. Karena kebetulan beberapa sekolah di daerah saya bingung mencari jenis tes tersebut agar tidak mengeluarkan biaya besar dan karena dari dulu sekolah tersebut menggunakan tes prestasi dan sekarang ingin mencoba menggunakan tes potensi akademik. Terima kasih pak.

  9. pak SA Avatar
    pak SA

    Bu Kadek;
    Tes tersebut tidak digandakan untuk diperjualbelikan.
    Bila ingin menggunakan tes potensi semacam itu dalam seleksi calon siswa ada 3 kemungkinan cara:
    1. Meminta jasa pengetesan sampai dengan rekomendasinya dari instansi pemegang hak pakai tes tersebut. Tentu biayanya mahal kalau tempatnya jauh karena harus menanggung biaya transpor dan akomodasi di samping biaya tesnya sendiri.
    2. Minta dibuatkan tes yang sesuai dengan keperluan sehingga menjadi milik sekolah sendiri dan dapat digunakan setiap kali seleksi. Biayanya pun jadi mahal karena harus membayar perancang tes dan para penulis aitem.
    3. Siapkan beberapa tenaga perancang tes untuk dilatih ketrampilan pembuatan tes yang dimaksud. Setelah trampil mereka dapat membuat sendiri aitem dan tes yang diinginkan. Biayanya akan mencakup transpor dan akomodasi pelatih yang didatangkan, di luar honorarium mereka.
    Wah . . mahal semua?
    Iyya . . sayangnya memang begitulah.
    Kalau hanya dengan membaca buku, mungkin ilmunya diperoleh tapi ketrampilannya rasanya sulit didapat karena tidak ada yang melatih dan membimbing, dan tidak ada yang mengevaluasi hasilnya.
    SA

  10. Chandra Yudistira P Avatar
    Chandra Yudistira P

    Assalamu’alaikum Wr.Wb.

    Selamat pagi Pak, perkenalkan saya Chandra Yudistira P. Saya tertarik untuk membuat alat ukur tes potensi akademik namun terkendala dengan referensi dasar teori penyusunannya.

    Dari artikel yang saya baca, hasil penelitian Bapak tentang TPA, bahwa untuk menyusun TPA dapat terukur melalui, Verbal Reasoning (V), Quantitative Reasoning (Q), dan Analytical Writing (AW).

    kiranya bapak bisa memberikan informasi buku apa yang dapat saya baca untuk mempelajari teori tersebut ?

    atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

    Chandra Yudistira p

  11. dianto Avatar
    dianto

    pak.sy lagi carik pembahsan minat belajar karangan bpk..tapi tdk dapat bukunya..mohon infonya pak.tq

  12. mutia Avatar

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Perkenalkan Saya Mutia, saya lulusan S1 Psikologi di salah satu Univ. di Jogja juga. Senang saya bisa menemukan blog Prof Azwar. Sehubungan dengan pertanyaan sebelumnya dari Bu Kadek, saya ingin tahu dimana bisa mendapatkan pelatihan pembuatan perancangan TPA? berapa lama biasanya pelatihannya?

    Wassalam

  13. Jurnal Prajaiswara Avatar

    terimakasih atas ilmunya prof

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *